InfoKomputer Online | Enterprise, Bisnis, Teknologi, Solusi |
Bandung adalah kota yang penuh daya pikat. Cuaca, panorama alam, kuliner, ditambah masyarakat yang kreatif. Tapi, Bandung juga merupakan kota yang punya banyak masalah. Lalu lintas, sampah, dan masalah sosial seperti kesenjangan ekonomi dan ketertiban umum.
Wajar jika untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, Bandung membutuhkan solusi kreatif dan inovatif yang dijalankan oleh jajaran aparat pemerintah–dari pemimpin sampai ke tingkat terbawah–serta didukung komitmen penuh dari seluruh warganya.
Maka dari itu, angin segar dirasakan oleh warga Kota Bandung ketika pada tahun 2013, Ridwan Kamil berhasil memenangi pemilihan kepala daerah. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa perubahan ke arah yang lebih baik dapat dilakukan oleh pria yang memiliki latar belakang sebagai arsitek kelahiran Kota Kembang dengan prestasi kelas dunia ini.
Satu per satu kebijakan anyar ia terapkan. Mulai dari hal-hal yang menyentuh budaya, seperti Rebo Nyunda dan Kamis Inggris (imbauan untuk berkomunikasi dengan Bahasa Sunda tiap hari Rabu dan Bahasa Inggris tiap Kamis), sampai yang kaitannya dengan kebiasaan positif, semisal Jumat Bersepeda, Selasa Tanpa Rokok, dan Senin GPS (Gerakan Pungut Sampah).
Menariknya, walikota yang akrab dipanggil Emil ini senantiasa menyosialisasikan segala kebijakan dan imbauan pemerintah ini melalui media sosial. Memang sejak sebelum menjabat sebagai kepala daerah pun, Emil adalah pengguna Twitter dan Facebook yang aktif. Kampanye pilkada bertema "Bandung Juara" yang ia lakukan pun mengandalkan peran media sosial. Malah Emil pernah berseloroh, "Saya ini 'anak' Twitter yang kebetulan menjadi Walikota Bandung."
Sejak masa kampanye pilkada Kota Bandung pun, Ridwan Kamil sudah identik dengan pemanfaatan teknologi dan media sosial.
Sentuhan Teknologi
Dalam paparannya di @america (Pusat Kebudayaan AS di Jakarta) akhir Januari 2015, Emil menjelaskan bahwa Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2,5 juta jiwa. Enam puluh persen di antaranya merupakan warga dengan usia di bawah 40 tahun. Artinya, mayoritas warga Bandung termasuk generasi muda yang cukup akrab dengan teknologi. Itulah alasan Emil kerap menggunakan bantuan teknologi untuk memperbaiki kinerja pemerintah, menaikkan mutu layanan publik, serta meningkatkan tingkat kebahagiaan masyarakat.
Gebrakan pertama Emil di awal masa kepemimpinannya adalah mewajibkan seluruh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah), camat, dan lurah di Bandung untuk memiliki akun Twitter. Ini kiat Emil merevolusi cara berkomunikasi antara pemerintah dan warga supaya ada saluran komunikasi langsung yang terbuka setiap saat.
Supaya warga tahu bahwa Pemkot Bandung benar-benar bekerja, Emil mengimbau agar tiap aktivitas pemerintah diabadikan dalam wujud foto/video. Sekarang, program perbaikan jalan, penertiban lalu lintas, dan razia oleh aparat bisa dilihat di akun Twitter SKPD bersangkutan ataupun melalui kanal YouTube resmi Pemkot Bandung yang dikelola Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung.
Sentuhan teknologi juga dipakai Emil dalam bidang-bidang lainnya. Contohnya mempersilakan warga untuk menyampaikan keluhan dan pengaduan lewat SMS dan aplikasi LAPOR!. Pengajuan proposal warga untuk meminta dana bantuan sosial (bansos) kini dilakukan secara online agar lebih transparan. Mendaftar nomor antrean di rumah sakit daerah cukup melalui SMS.
Emil bahkan sudah bisa mengetahui kinerja pejabat pemerintah berdasarkan sistem penilaian yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. "Penilaian camat dan lurah 80%-nya datang dari scoring warga sehingga saya bisa makin objektif dalam menilai aparat," tukasnya.
Segala macam manfaat inilah yang Emil ingin tuju dalam membangun kota yang lebih cerdas–Bandung Smart City. Kota yang mampu memanfaatkan teknologi selaku alat bantu untuk tiga aspek pemerintahan: connecting, monitoring, dan internal controlling.
Bandung Smart City
Cetak biru menuju Bandung Smart City rupanya sudah disusun sejak era walikota sebelumnya, Dada Rosada. "Tapi, konsepnya lebih disempurnakan dengan ide-ide baru pada masa pemerintahan Ridwan Kamil," ungkap Srie Dhiandini (Kepala Bidang Telematika, Diskominfo Kota Bandung) kepada InfoKomputer.
Ruang lingkup smart city nantinya mencakup antara lain bidang transportasi, kesehatan, pendidikan, energi, e-government, lalu lintas, e-payment, dan lain-lain.
Tahap awal berfokus pada menyiapkan fondasi dan infrastruktur, melatih jajaran aparat yang lebih smart dan tech-oriented, serta memulai inisiatif open government. Pemkot melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam penyediaan jalur fiber optic dan bandwidth internet. Saat ini, jaringan sudah terhubung ke seluruh kantor SKPD dan beberapa kamera CCTV milik Pemkot.
Pada April 2015 nanti, Pemkot Bandung berencana menggelar groundbreaking pembangunan Teknopolis. Teknopolis dirancang sebagai kota mandiri di kawasan Gedebage, Bandung Timur, seluas seribu hektar yang disiapkan sebagai pusat industri teknologi informasi dan komunikasi. Ibaratnya seperti Silicon Valley di Amerika Serikat.
Dini menyebutkan, dari grand design Bandung Smart City yang sudah disusun, sekarang sudah berada di level 40%.
Srie Dhiandini (tengah) sedang menjelaskan spesifikasi Bandung Command Center kepada Walikota Bandung Ridwan Kamil.
Pusat Kendali Walikota
Fasilitas yang sudah lebih dulu nyata diwujudkan adalah Bandung Command Center (BCC). Ide untuk membangun pusat kendali yang berlokasi di kompleks Balai Kota Bandung ini pertama kali dilontarkan Emil pada tahun 2014. Ia ingin mencontoh kisah sukses manajemen kota di Seoul, ibukota Korea Selatan.
Berbekal political will yang kuat disertai kemauan untuk berinvestasi, Pemkot Bandung berhasil merealisasikan BCC dalam waktu tidak sampai satu tahun. Dari hasil penelusuran, pihak swasta yang diajak bekerjasama antara lain IBM Indonesia dan PT LAPI ITB untuk menyediakan platform smart city yang dipakai.
Tujuan dibangunnya Bandung Command Center adalah untuk memberikan layanan akses yang cepat dan efisien kepada masyarakat untuk memberi bantuan terhadap permasalahan kota, secara 24 jam, di mana saja dalam wilayah pemerintahan Kota Bandung. Aparat pun dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat.
Hal tersebut dimungkinkan karena di ruangan yang desainnya mirip kokpit pesawat Star Trek ini, banyak sekali data yang bisa diakses. Misalnya laporan dan opini warga dari aplikasi dan media sosial, pantauan kamera CCTV dari jalan raya, peta kondisi lalu lintas, GPS tracker untuk melacak posisi kendaraan dinas, maupun data-data internal dari semua SKPD.
Dalam uji coba perdana yang dilakukan pada 15 Januari 2015, sempat didemokan skenario saat terjadi kebakaran. Ketika laporan sampai ke BCC, operator bisa langsung meminta pemadam kebakaran untuk mengirimkan mobil pemadam ke lokasi musibah. Mobil ini sudah dipasangi GPS sehingga dapat dilacak posisinya. Operator juga bisa meminta bantuan dari Dinas Perhubungan/Kepolisian untuk mengatur lalu lintas agar rute yang akan dilalui mobil pemadam lebih lancar.
Untuk mengoperasikan BCC, Pemkot Bandung mempekerjakan staf sebanyak dua puluh orang. Mereka direkrut secara profesional dan berstatus non-PNS. Saat ini, BCC telah resmi beroperasi sekitar tiga bulan. "Dana yang diinvestasikan untuk membangun BCC ini mencapai Rp27 miliar," kata Srie Dhiandini.
Menurut Dini, rencana Pemkot ke depan adalah berkolaborasi dengan Smart City Council yang membantu penyusunan roadmap Bandung Smart City, melaksanakan roadmap itu secara konsisten, serta sosialisasi dan integrasi seluruh aplikasi yang akan dibangun di setiap SKPD. "Ini juga yang menjadi tantangan kami, yaitu integrasi data dan aplikasi serta koordinasi lintas SKPD," imbuhnya.
Pada tahun ini, Emil berencana untuk membuat command center dalam skala kecil di setiap kantor kecamatan. Diharapkan setiap camat juga bisa mengontrol langsung kondisi wilayahnya dengan bantuan kamera CCTV.
Langkah lainnya adalah dengan menggandeng para pengembang lokal untuk membuat 150 aplikasi mobile yang bisa dipakai warga untuk mengakses data-data Pemkot. "Harapannya, pada akhir 2016 nanti, Bandung sudah sempurna dalam hal teknologi," pungkasnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar