InfoKomputer Online | Enterprise, Bisnis, Teknologi, Solusi |
"Dengan adanya Peraturan Menteri BUMN, sejatinya organisasi TI BUMN sudah tinggal melakukan implementasi sesuai arahan tersebut dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta kondisi setiap perusahaan," tukas Dewi Aryani (Kepala Divisi TI, PT Asuransi Jasa Indonesia).
Meski pernah sepuluh tahun berkutat di programming core application, Dewi Aryani tetap saja terperangah dengan amanah yang dipercayakan manajemen Asuransi Jasindo kepadanya di tahun 2013 lalu. Pasalnya, selama lima belas tahun terakhir, Dewi bertugas di divisi keuangan kantor cabang.
Alih-alih senang, mendapat kepercayaan sebagai Kepala Divisi TI, perempuan kelahiran Bogor ini mengaku malah memperbanyak istighfar. "Saya sempat bilang ke direksi, apa ini nggak salah? Ekspektasinya apa [terhadap saya]?" cerita Dewi seraya memaparkan kekhawatirannya tidak bisa memenuhi harapan para stakeholder karena sedemikian lama ia tidak bersentuhan dengan bidang teknologi.
Namun memang bukan tanpa alasan kalau jajaran manajemen PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) menunjuk ibu dari dua puteri ini sebagai pemimpin di divisi TI. Belasan tahun di kantor cabang ternyata mematangkan pemahaman Dewi Aryani terhadap proses bisnis asuransi.
Dewi pun dianggap orang yang tepat untuk mulai memetakan aset dan mengoptimalkan sumber daya teknologi yang ada, meneropong perkembangan teknologi yang dapat menyokong bahkan memampukan bisnis perusahaan, serta meningkatkan kualitas dan akurasi data, terutama dalam kaitannya dengan rencana perusahaan ketika itu, yakni memasuki pasar retail.
"Alhamdulillah, dengan pengalaman di kantor cabang, saya tahu apa yang dibutuhkan di kantor cabang. Saya memahami apa yang harus di-support TI untuk kegiatan operasional kantor-kantor cabang kami yang berjumlah 49 dan sudah terhubung secara online sejak tahun 2010," ujar sarjana administrasi bisnis itu.
Selain itu, berada di lingkungan kelompok Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam melakukan pengembangan dan inovasi teknologi, Dewi merasa sangat terbantu dengan tersedianya panduan yang cukup jelas dan detail berupa Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-02/MBU/2013. "Dengan adanya PERMEN tersebut, sejatinya organisasi TI BUMN sudah tinggal melakukan implementasi sesuai arahan tersebut dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta kondisi setiap perusahaan," tukasnya.
Melalui komunitas TI BUMN, ia dapat memperoleh informasi dan masukan best practice implementasi TI. "Dan yang terpenting, saya didukung oleh tim TI dengan kemampuan teknis yang andal," imbuhnya.
Perkuat TI untuk Tangani Retail
Selain memperkuat platform teknologi di Jasindo, Dewi juga melakukan proses re-engineering dan otomatisasi business process.
Salah satu situasi cukup menantang dihadapi Dewi Aryani ketika manajemen Asuransi Jasindo ingin memperbesar proporsi bisnis retail. "Portofolio bisnis kami sebelumnya lebih banyak di segmen korporasi. Proporsi retail saat itu masih di bawah dua puluh persen, padahal dari sisi pendapatan sebenarnya menjanjikan," cerita Dewi.
Konsekuensinya, perusahaan membutuhkan lebih banyak orang di frontline. "Sementara portofolio SDM kami kebanyakan di back office, dan itu harus diubah. Tapi paradoksnya, demi meningkatkan kesejahteraan karyawan, SDM harus zero growth! Bagaimana kita bisa lakukan itu kecuali dengan menempatkan TI sebagai backbone; TI harus diperkuat," cetusnya lagi.
Selain memperkuat platform teknologi, berangkat dari pengalamannya di cabang, Dewi juga melakukan proses re-engineering dan otomatisasi business process.
"Nilai premi korporasi bisa 1 sampai 1 miliar rupiah, sementara premi retail sekitar 50 – 150 ribu rupiah. Kalau kami ingin naikkan target (premi) retail dari 700 juta menjadi 1 miliar rupiah, kenaikan 300 juta rupiah itu menambah loading data dalam jumlah besar. Artinya, pertambahan polis sama dengan tambahan kerjaan. Mau tak mau business process harus di-reengineering, dari yang tadinya lima belas tahap dibuat dua tahap saja," jelas Dewi.
Di sisi core application, Dewi Aryani dan timnya juga tengah melakukan berbagai peningkatan dan perbaikan. "Ketika semua proses bisnis masuk ke sistem, kami melihat banyak yang harus di-enhance pada core application Jasindo dan banyak juga change request dari user. Selain itu, kami juga harus segera mendorong aplikasi ini ke arah multiplatform karena kami sekarang juga terjun ke pasar retail, " cerita peraih gelar master di bidang komunikasi ini.
Menyiasati itu, Dewi dan timnya akan memanfaatkan middleware untuk mempercepat migrasi ke multiplatform. Sementara untuk mencapai percepatan delivery change request dan peningkatan kemampuan aplikasi inti, ia akan menggunakan software Business Process Modelling (BPM).
"Untuk governance-nya, kami akan implementasi sistem keamanan informasi karena Jasindo sudah banyak terhubung dengan entitas di luar. Kami juga implementasi modul-modul yang akan membuat TI align dengan RJPP Jasindo," imbuh perempuan yang berbakat menyanyi ini.
Kembali berkiprah di TI memang tak terbayangkan oleh Dewi Aryani sebelumnya, terutama karena perkembangan TI sudah sedemikian jauh dari dirinya, sedangkan Dewi harus menyelaraskan pengembangan TI dengan kebutuhan bisnis Jasindo. Namun ketika semua sudah berjalan pada jalurnya sekarang, semua kekhawatiran Dewi Aryani pun sedikit demi sedikit tertepis oleh kesan manis.
Pada tahun 2014, diperkirakan jumlah buruh migran Indonesia (BMI) yang berada di luar negeri mencapai 6,5 juta orang (data Bara Brelian, peneliti Migran Institute). Mereka tersebar di banyak negara dan umumnya berumur di kisaran usia produktif (18 – 35 tahun).
Melihat data ini, Bank Mandiri ingin mendukung kebutuhan kaum buruh migran ini untuk bersosialisasi dengan rekan-rekan seprofesi, melewati batas negara. Bank komersial terbesar di Indonesia ini juga memiliki misi sosial dengan berupaya agar suatu saat, mereka bisa pulang ke Indonesia, membuka usaha sendiri dan tidak lagi bekerja sebagai buruh migran.
Untuk itulah, Bank Mandiri menggandeng PT Sebangsa Bersama, pengembang aplikasi media sosial buatan lokal, dalam meluncurkan aplikasi Sahabat BMI yang dibuat di atas platform Sebangsa.
Aplikasi Sahabat BMI dapat digunakan untuk mengakses informasi dan berita terbaru dari Indonesia serta berbagai hal yang terkait dengan BMI. Aplikasi ini dilengkapi dengan konten-konten sesuai kebutuhan para BMI, seperti kanal Fokus BMI (informasi tentang BMI), cerita kampung halaman, hotline call center BMI, serta pembukaan group yang dapat didesain secara personal (customized) sesuai dengan ketertarikan dan kebutuhan BMI.
Di samping itu, pada aplikasi ini juga tersedia kanal Bapak Asuh yang akan memberikan mentoring dan coaching untuk pengembangan usaha dalam program Mandiri Sahabatku yang diikuti BMI.
Budi Gunadi Sadikin (Direktur Utama, Bank Mandiri) mengatakan bahwa aplikasi Sahabat BMI didesain untuk menghubungkan BMI-BMI di seluruh dunia sehingga terbentuk satu komunitas global BMI yang memiliki rasa kebersamaan dan semangat nasionalisme kuat untuk bersama-sama maju dan meraih kehidupan yang lebih baik.
"Dalam menyambut HUT ke-70 kemerdekaan Indonesia, kami ingin mendedikasikan aplikasi ini kepada para pahlawan devisa Indonesia agar mereka dapat selalu terkoneksi dengan sesama BMI di berbagai penjuru dunia dan keluarga di Indonesia, termasuk kalangan pemerintah yang terkait serta pelaku usaha yang menjadi mentor dan Bapak Asuh," tutur Budi.
Budi menambahkan, aplikasi ini juga dimaksudkan untuk membantu BMI yang mengikuti program Mandiri Sahabatku untuk dapat terus berinteraksi dengan sesama peserta Mandiri Sahabatku ataupun dengan mentor.
Sebagai informasi, program Mandiri Sahabatku adalah program entrepreneurship yang memberikan ilmu kewirausahaan bagi para BMI agar di masa depan mereka tidak kembali menjadi BMI, tetapi dapat membuka usaha dengan memanfaatkan peluang bisnis yang ada di kampung halaman mereka.
Pada tahap awal, aplikasi ini diharapkan dapat menyatukan sedikitnya 50 ribu BMI untuk menjadi pengguna aktif. Atas hal itu, Bank Mandiri akan bekerjasama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kementerian Luar Negeri, serta instansi terkait yang mengayomi pekerja migran di luar negeri untuk menyosialisasikan aplikasi ini.
Untuk mengakses aplikasi ini, BMI dapat mengunduh aplikasi Sebangsa dan mendaftar sebagai anggota BMI di Apple Store (iOS) dan Google Play Store (Android). Informasi lebih lanjut di http://bmi.sebangsa.com.
Google telah mengumumkan nama resmi untuk Android M, yaitu Marshmallow. Versi terbaru dari sistem operasi Android ini akan diberi nomor 6.0, bukan 5.2 seperti yang selama ini diperkirakan.
Pengumuman mengenai nama resmi Android M ini dilakukan melalui sebuah artikel di Android Developer Blog. Pilihan jatuh kepada marshmallow, sejenis makanan ringan berwarna putih yang manis dan bertekstur kenyal, sekaligus menggeser opsi lain yang dibicarakan, seperti M&M dan Macadamia Nut.
Versi final dari Android 6.0 SDK (Software Development Kit) sudah dipublikasikan Google dan dapat diunduh oleh para pengembang lewat SDK Manager di Android Studio. Pengembang bisa segera merancang dan membuat aplikasi-aplikasi yang kompatibel dengan Android Marshmallow serta memanfaatkan feature anyarnya secara maksimal.
Android M pertama kali diumumkan kepada publik pada acara Google I/O, bulan Mei silam. Beberapa pembaruan yang disertakan di dalam versi 6.0 ini antara lain dukungan terhadap identitas sidik jari, Android Pay, dan USB Type-C; modus baru untuk penghematan baterai (Doze); serta model perizinan baru untuk instalasi dan update aplikasi (yang lebih memudahkan pengguna untuk mengatur akses aplikasi terhadap informasi).
Pengembang bisa mengujicoba aplikasi anyar buatan mereka di perangkat Nexus 5, 6, 9, dan Nexus Player. Pada peluncuran resmi Android Marshmallow nantinya, Google diprediksi akan sekaligus memamerkan dua perangkat Nexus terbaru, masing-masing hasil kerja sama dengan Huawei dan LG.
Seperti tradisi yang sudah dilakukan pada versi-versi Android sebelumnya, Google juga telah membuat patung yang diletakkan di halaman kantor pusatnya sebagai simbol Android Marshmallow. Berikut adalah video di balik layar pembuatan patung tersebut.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar