PROMO SANDISK :

PROMO SANDISK :
Flash Drive Android

Harga HP

Rabu, 26 Agustus 2015

[InfoKomputer Online] Daily Posts newsletter for Fitur

Surel tidak tampil sebagaimana mestinya? Jika ya, coba klik tautan ini

InfoKomputer Online

Enterprise, Bisnis, Teknologi, Solusi

Lama bermukim di Amerika Serikat, Arip Tirta sempat mengalami kebingungan sebelum pulang kampung ke Indonesia pada tahun 2010. Ia ingin membeli properti untuk dijadikan bekal investasi. Tapi, setelah mencari lewat beberapa situs jual beli properti online di tanah air, ia mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan properti yang bagus dengan harga sesuai kemampuan.

Berdasarkan pengalaman itulah, Arip terinspirasi untuk membangun situs pencarian properti online yang berbeda daripada yang sudah ada. Ia ingin layanannya ini mampu membantu pengguna dalam membuat keputusan secara cerdas yang berkaitan dengan properti berdasarkan data-data yang dimiliki.

Kemudian, lahirlah situs UrbanIndo pada bulan November 2011 yang menggabungkan ratusan ribu listing properti dengan market data yang lengkap. UrbanIndo tidak sekadar menampilkan iklan properti, tetapi juga melengkapinya dengan data harga properti di daerah sekitar serta informasi lingkungan sekitar, seperti akses ke angkutan umum, sekolah yang bagus, dan lain-lain.

Feature utama di UrbanIndo adalah Pencarian Pintar. Pengguna tidak hanya bisa memasukkan lokasi, tapi juga dapat mengetikkan secara lengkap kriteria properti yang dicari. Contohnya “Rumah dijual 3 kamar tidur di Jakarta Timur desain minimalis”. Selain itu, pengguna pun bisa melakukan pencarian melalui peta untuk mengetahui lokasi secara lebih akurat.

Untuk membantu pengguna dalam memilih properti yang layak untuk ditinggali atau paling cocok untuk dijadikan investasi, UrbanIndo menyajikan data dan tool pelengkap yang bisa dijadikan pertimbangan.

Data "Distribusi Harga" menampilkan grafik kisaran harga rata-rata dan median untuk properti yang diiklankan dalam radius satu kilometer dari daerah tersebut. Dengan begitu, pengguna bisa memperkirakan apakah harga properti berada di atas atau di bawah rata-rata harga pasar.

"Pergerakan Harga" memberi informasi pergerakan harga properti di suatu daerah dalam dua belas bulan terakhir. Manfaatnya, pengguna dapat memprediksi harga investasi properti tersebut di masa depan.

"Rating Wilayah" menampilkan nilai suatu daerah yang dilihat dari adanya kedekatan antara properti dan kelengkapan fasilitas di sekitarnya, seperti akses ke angkutan umum, jalan tol, dan sekolah yang bagus. Sementara itu, feature "KPR" menyediakan info Kredit Pinjaman Rumah (KPR) dari lima belas bank terkemuka sehingga pengguna dapat membandingkan KPR termurah dan langsung mengajukan KPR secara online.

Satu lagi feature andalan UrbanIndo yaitu Indeks Harga Properti (House Pricing Index/HPI). Untuk membuat HPI, UrbanIndo menghitung harga rata-rata rumah di Indonesia dari berbagai kota di Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Dengan itu, kita bisa melihat apakah secara keseluruhan harga properti di Indonesia sedang mengalami kenaikan atau penurunan.

"Jika ada property bubble dan ada kemungkinan bubble-nya akan pecah, kita akan melihat hampir semua kota di Indonesia mengalami penurunan harga," kata Arip.

Feature andalan UrbanIndo yaitu Indeks Harga Properti (House Pricing Index/HPI). Untuk membuat HPI, UrbanIndo menghitung harga rata-rata rumah di Indonesia dari berbagai kota di Indonesia dalam jangka waktu tertentu.

Dua Golongan Pengguna

Dengan menawarkan layanan pencarian properti yang disertai data pelengkap dan analytics tool ini, UrbanIndo terbilang berhasil mengambil tempat tersendiri di tengah persaingan antara situs-situs properti lain di Indonesia, misalnya Rumah.com, Rumah123.com, dan Lamudi.co.id.

"Sejak didirikan, UrbanIndo mengalami pertumbuhan rata-rata antara 15 dan 20% per bulan untuk jumlah pengunjung, iklan yang dipasang, dan agen properti yang bergabung. Sekarang kami memiliki sekitar 350 ribu iklan properti dengan 85 ribu pengunjung per hari serta 45 ribu pemasang iklan yang terdiri dari agen properti dan pemilik rumah," papar Arip.

"Jabodetabek masih menjadi daerah yang paling banyak dicari dan diiklankan. Kota-kota besar lain seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Medan, Pekanbaru, dan Denpasar juga merupakan daerah yang populer di UrbanIndo," imbuh alumnus Stanford University ini.

Mengenai demografi pengguna, UrbanIndo menyasar dua segmentasi. Pertama, golongan pencari rumah untuk ditinggali (rumah pertama). Umumnya, golongan ini memiliki status menikah dan keluarga muda, rentang usia 25 – 35 tahun, dan sudah bekerja dengan gelar S1. Biasanya mereka mencari rumah dengan harga 500 jutaan rupiah dan memprioritaskan rumah dengan lokasi bagus, harga murah,dan bisa didanai dari KPR.

Sementara itu, golongan kedua adalah mereka yang mencari rumah atau properti untuk investasi. Mereka berasal dari kalangan menengah ke atas, berusia 30 – 50 tahun, dan memunyai prioritas untuk mencari lokasi yang strategis dengan likuiditas dan return-on-investment yang tinggi.

Dalam mengakuisisi pengguna baru, Arip menyadari bahwa untuk menjadi online marketplace yang sukses, UrbanIndo perlu menumbuhkan dua sisi sekaligus: penjual dan pembeli potensial. Pada tahapan awal, Arip dan timnya menggunakan guerilla marketing yang dikombinasikan dengan kunjungan langsung ke kantor agen untuk meyakinkan agen properti agar bersedia bergabung dengan UrbanIndo.

Sementara itu, sebagai salah satu cara memperkenalkan UrbanIndo kepada masyarakat, Arip mencoba media promosi offline dengan memasang iklan di armada travel Xtrans jurusan Jakarta – Bandung. Ternyata dampak untuk brand awareness-nya cukup tinggi sehingga kerja sama tersebut masih berlanjut sampai sekarang.

"Tahun lalu, konsep iklan di Xtrans adalah menginformasikan feature yang ada di UrbanIndo. Untuk tahun ini, kami menyoroti pengguna UrbanIndo yang bisa menemukan rumah idaman lewat situs kami," kata Arip.

Salah satu cara promosi efektif ala UrbanIndo adalah dengan memasang iklan di armada travel Xtrans jurusan Jakarta – Bandung.

Model Bisnis Freemium

Dalam menjalankan bisnis startup ini, Arip mengaku masih belum mencapai status profitable. Pasalnya, fokus mereka saat ini masih untuk menumbuhkan Key Performance Index yang diukur dari jumlah pengunjung, iklan, agen, dan sebagainya. Untuk sumber pendanaan, mereka dibantu oleh sejumlah pemilik modal antara lain East Ventures, GREE Ventures, IMJ Fenox, dan beberapa angel investor.

Namun, model bisnis yang mereka terapkan saat ini adalah model freemium. Semua orang bisa mendaftar di UrbanIndo dan memasang iklan properti sebanyak-banyaknya secara gratis. Biaya baru dibebankan kepada para agen dan pemilik properti yang ingin menikmati layanan premium, seperti "Diutamakan" untuk menampilkan iklan properti di halaman pertama pencarian; "Halaman Depan" untuk menampilkan iklan di halaman depan UrbanIndo; dan "Promosikan Agen" untuk menampilkan  profil agen di halaman pencarian dan daftar properti.

Pada masa depan, Arip berencana memperluas feature dan kelengkapan data UrbanIndo untuk lebih membantu para pengguna membuat keputusan yang tepat dan cerdas di bidang jual, beli, dan sewa properti. Ia bahkan menargetkan pengguna tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain.

“Banyak bermunculan startup yang didirikan di Indonesia beberapa tahun belakangan ini dan saya percaya beberapa dari mereka akan menjadi besar dan mendefinisikan ulang Indonesia," kata Arip Tirta (Founder & CEO, UrbanIndo).

Menyeberang Jadi Entrepreneur

Sebelum mendirikan UrbanIndo, Arip cukup lama berkarier di Silicon Valley, AS. Di sana ia bekerja di salah satu firma venture capital (VC) selama tujuh tahun dengan jabatan terakhir sebagai Director of Investment Strategy and Analysis.

"Ada hal menarik saat saya menganalisis salah satu perusahaan yang sedang kami pertimbangkan untuk diberikan pendanaan. Saya melihat CEO perusahaan itu mempunyai track record yang buruk karena dua perusahaan yang ia pimpin sebelumnya semuanya pailit," tutur Arip.

"Dengan semangat, saya merekomendasikan untuk tidak memberikan pendanaan ke perusahaan itu. Alangkah terkejutnya saya ketika atasan saya mengatakan bahwa kegagalan [sang CEO] bukan semata hal yang buruk. Dia yakin CEO itu telah banyak belajar dari kegagalan sebelumnya dan tidak akan mengulangi kesalahannya sekarang," ia melanjutkan kisahnya.

Di situlah Arip memahami bahwa budaya kerja di Silicon Valley cenderung mendorong orang-orang untuk mengambil risiko dan berinovasi secara bebas. Mereka tidak akan menilai kegagalan sebagai hal yang buruk. "Ini salah satu faktor kenapa banyak perusahaan teknologi yang sukses dan inovasi dilahirkan di Silicon Valley," ujarnya.

Di Silicon Valley, Arip telah menjadi saksi hidup bagaimana banyak perusahaan teknologi besar di AS didirikan di era 1990-an yang disebut dotcom boom, seperti Google, eBay, Amazon, dan Paypal.  Ia juga menyaksikan gelombang kedua yang disebut Web 2.0 boom pada tahun 2000-an seperti YouTube, Facebook, dan Kayak. Kedua peristiwa tersebut tidak hanya mengubah cara hidup orang Amerika, tapi juga mendefinisikan ulang bagaimana cara mereka melakukan bisnis.

"Sekarang ini Indonesia sedang berada di tengah-tengah boom teknologi pertama. Banyak bermunculan startup yang didirikan beberapa tahun belakangan ini dan saya percaya beberapa dari mereka akan menjadi besar dan mendefinisikan ulang Indonesia," kata Arip.

"Saya ingin menjadi bagian dari 'evolusi' itu. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mendirikan technology startup sendiri dan berkecimpung dalam dunia startup di Indonesia secara langsung," jelas Arip mengenai alasannya untuk "menyeberang" jalan dari venture capital menjadi entrepreneur.

Posted in Featured, Fitur, Startup | Tagged , , , , , , , , | Comments Off on UrbanIndo: Cara (Lebih) Cerdas Cari Properti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...