Info Gadget Terbaru Dari Tech In Asia |
- HTC Luncurkan One M9+ di Indonesia, Tetap Pede di Pasar Premium
- HTC dan Masa Kejayaannya yang Terlalu Dini dan Singkat [INFOGRAFIS]
- Mengintip Kantor Octagon Studio, Startup Augmented Reality asal Bandung
- Gandeng MNC Shop, Advan Luncurkan Vandroid S6 Seharga Rp1 Jutaan
- Impresi Smartphone Treq S1, Alternatif di Harga Rp1 Juta
- “Cerai” dengan Andromax, Smartfren Buka Kerja Sama bagi Vendor Smartphone Lain
- Dibanderol Rp10 juta, Samsung Luncurkan Galaxy Note 5 untuk Kelas Premium
- Dua Tablet 7 Inci Asus ZenPad dengan Harga Rp1 Jutaan Meluncur di Indonesia
HTC Luncurkan One M9+ di Indonesia, Tetap Pede di Pasar Premium Posted: 03 Sep 2015 06:59 AM PDT Ya, kamu tidak salah membaca artikel, setelah beberapa jam yang lalu kami membuat artikel infografis mengenai meredupnya popularitas brand yang satu ini. Nama HTC di Indonesia memang cukup lama tidak terdengar gaungnya, sampai hari ini (3/9), salah satu seri flagship-nya, HTC One M9+ mendarat di Indonesia. Apa saja yang menarik seputar seri terbaru dari vendor asal Taiwan ini? Langsung saja simak ulasan berikut. Serupa tapi tak samaBulan Maret lalu, HTC merilis HTC One M9 di pasar internasional. Bila hanya melihat sekilas, desain yang diusung sangat mirip dengan pendahulunya. Saya sendiri nyaris tidak menemukan perbedaan yang nyata-nyata terlihat pada One M9+. Lalu apa yang membedakan? Jawabannya adalah layar dan spesifikasinya.
Resolusi layar yang digunakan pada smartphone ini adalah 2K, artinya dua kali dari resolusi full HD (2560×1440). Bisa dibilang ini merupakan peningkatan paling kentara dari versi sebelumnya. Untuk prosesor, HTC One M9+ menggunakan prosesor Octa-Core Helio X10 (2,2 GHz). Hal ini berbeda dengan pendahulunya yang masih memakai Snapdragon 810. RAM-nya berkapasitas 3 GB, kapasitas penyimpanan internal 32 GB dan kamera belakang 20 MP. Optimalisasi dan harga yang dinilai "bersaing"Banderol harga dari smartphone yang mulai tersedia di pasaran pada minggu kedua September ini adalah Rp10 juta. Hal ini tentu membuatnya masuk ke kelas premium. Meski begitu, President HTC South Asia Faisal Siddiqui mengatakan bila pihaknya cukup percaya diri membanderol smartphone ini dengan harga sedemikian tinggi.
Selain bodi metal khas HTC, sebenarnya nyaris tidak ditemukan fitur yang membuat HTC M9+ cocok untuk ditebus dengan harga yang sedemikian mahal. RAM yang berkapasitas 3 GB juga menjadi pertanyaan, karena rata-rata smartphone lain telah menggunakan RAM 4 GB. ![]() Selfie dengan teknologi Ultrapixel HTC One M9+ Namun terkait hal ini, Senior Product Manager HTC Indonesia Satrio Wibowo mengatakan bila hal ini merupakan bentuk optimalisasi dari HTC. "Prosesor yang kami gunakan lebih efisien, dan kebanyakan aplikasi yang ada saat ini masih belum membutuhkan RAM 4 GB," tuturnya. Bagaimanapun, smartphone ini harus bersaing ketat dengan kompetitor kuat lainnya seperti Samsung Galaxy Note 5 yang belum lama ini hadir di Indonesia. Di kesempatan yang sama, HTC juga meluncurkan versi "murah" dari M9+ yaitu HTC One E9+. Salah satu pembeda paling kentara dari smartphone seharga Rp7,4 juta ini adalah digunakannya material plastik dan pemangkasan pada sejumlah komponen dibandingkan sang "kakak". Bagaimana menurut kamu? Di tengah merosotnya pamor HTC di publik, akankah HTC M9+ mampu mengembalikan popularitas mereka? (Diedit oleh Lina Noviandari) The post HTC Luncurkan One M9+ di Indonesia, Tetap Pede di Pasar Premium appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
HTC dan Masa Kejayaannya yang Terlalu Dini dan Singkat [INFOGRAFIS] Posted: 03 Sep 2015 01:16 AM PDT Kamu tentunya pernah mendengar nama brand HTC, sebagian mungkin malah tengah menggunakan salah satu perangkat produksi vendor asal Taiwan ini. HTC merupakan produsen perangkat smartphone dan tablet asal Taiwan. Pada tahun 2008, nama HTC mulai dikenal dengan meluncurkan smartphone Android pertamanya yang bernama HTC Dream. Dengan berfokus pada desain yang bagus dan kualitas yang mumpuni, perangkat buatan HTC menjadi produk yang diperhitungkan oleh konsumen. Pada periode 2008 hingga 2009, perusahaan ini mengalahkan Samsung dari segi pangsa pasar pengiriman smartphone dunia. Namun, mulai tahun 2010, HTC dikalahkan oleh Samsung dan kian terpuruk. Pada kuartal kedua 2015 saja, HTC tidak masuk ke dalam jajaran vendor dengan pangsa pasar pengiriman smartphone terbesar. HTC tertinggal oleh Samsung, Apple, Huawei, Xiaomi yang notabene masih baru, dan brand lainnya. Persaingan smartphone yang kini semakin memanas, dinilai menjadi salah satu sebab terpuruknya HTC. Kini banyak vendor yang menawarkan harga yang lebih murah, spesifikasi yang lebih mumpuni, desain yang lebih keren, dan dengan marketing budget yang lebih tinggi. (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post HTC dan Masa Kejayaannya yang Terlalu Dini dan Singkat [INFOGRAFIS] appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Mengintip Kantor Octagon Studio, Startup Augmented Reality asal Bandung Posted: 02 Sep 2015 11:13 PM PDT Startup teknologi kreatif Octagon bulan lalu membuat sensasi ketika mereka memperkenalkan headset virtual reality (VR) buatan lokal mereka di Popcon, pameran game dan hiburan terbesar di Indonesia. Harganya cuma Rp300.000, dan 200 unit yang mereka jual di Popcon langsung habis. "Unit yang kami bawa ke Popcon adalah unit versi beta," jelas Stella Setiyadi, Marketing Manager Octagon. "Tiap unitnya dibuat dari tangan, sehingga kami anggap masih mahal. Kami akan terus memperbaiki proses produksinya sampai bisa menjualnya hanya dengan Rp100.000 per unit." ![]() VR Genie, headset VR murah dari Octagon. Headset VR Octagon kurang lebih mirip dengan Cardboard dari Google yang modelnya memang sederhana. Tapi, unit dari Octagon ini dibuat dari bahan yang lebih tahan lama. Kamu cuma perlu memasang handphone-mu ke layar untuk mendapatkan tampilan virtual reality. Di luar sana sebenarnya ada banyak variasi headset VR seperti ini, dan yang murah biasanya bisa dibeli dengan harga antara $20 sampai $30 (sekitar Rp200.000 sampai Rp400.000). Kami pernah menulis review Octagon VR Genie buatan Octagon di sini. Bepergian tanpa bergerakOctagon menawarkan konten VR mereka sendiri beserta dengan headset yang mereka bawa. Konten ini merupakan koleksi foto 360 derajat pemandangan dan situs bersejarah dari seluruh dunia. Sejauh ini, kebanyakan kontennya berasal dari tim Octagon itu sendiri. Tapi mereka dengan senang hati menerima semua orang yang ingin berkontribusi. ![]() Octagon 360 memiliki ratusan pengalaman VR yang berbasis pada foto 360 derajat dari berbagai tempat di seluruh dunia. "Kami suka bepergian," kata Fitriani Rahmah selaku kepala VR department Octagon. Tugas Fitriani adalah membuat konten VR Octagon menjadi lebih baik lagi dalam beberapa bulan ke depan. Bagi tim ini, foto 360 derajat ini baru permulaan. Fitriani, atau yang akrab disapa Fitri, mengatakan bahwa berikutnya mereka ingin menyajikan pengalaman yang lebih interaktif, yang memungkinkan kamu berkeliling ke berbagai tempat di lingkungan yang kamu lihat. Sebagai gambaran, ini mirip dengan berjalan-jalan di Google Maps. ![]() Fitri Rahma, kepala departemen VR Octagon. Tapi tujuan akhir dari Octagon adalah untuk membuat konten cerita mereka sendiri. Mereka mengajak saya menonton pengalaman VR yang dibuat oleh perusahaan lain yang ceritanya berbasis pada pendaratan di bulan. "Saya menitikkan air mata ketika pertama kali melihat itu," kata Fitri. "Inilah yang ingin kami capai." Mencurahkan kreativitasMeskipun industri VR masih sangat-sangat baru, Octagon mencoba mengingat pengalaman mereka berkutat dengan augmented reality (AR) selama dua tahun. Octagon Studio muncul sebagai pecahan kreatif dari perusahaan induknya, Transport System Solutions (TSS) di tahun 2013. TSS yang membuat sistem sinyal untuk jalur kereta tidak punya urusan apa-apa dengan AR atau VR. Lantas, bagaimana Octagon bisa muncul? ![]() Tugas membuat animasi 3D kereta seperti inilah cikal bakal Octagon. Satu hal yang menghubungkan kedua perusahaan ini adalah 3D modelling. TSS mengerjakan beberapa konten 3D untuk kliennya, dan Michael Healy, salah satu Co-Founder TSS, merasa bahwa inspirasi kreatif dalam dirinya muncul. Ia ingin mengerjakan sesuatu yang lebih menyenangkan daripada berurusan dengan jalur kereta. Awalnya, Octagon terdiri dari lima orang yang berasal dari TSS. Mereka kemudian setuju untuk menerapkan apa yang mereka tahu mengenai 3D modelling ke augmented reality. Tanpa pengetahuan yang banyak, unit kreatif yang baru ini harus belajar segala hal yang mereka bisa mengenai cara membuat augmented reality. Stella selaku marketing manager adalah salah satu pegawai pertama yang direkrut. Sekarang ia adalah bagian dari tim yang terdiri dari 30 orang desainer, developer web dan aplikasi, dan copywriter di Octagon. ![]() Stella Setiyadi, marketing manager Octagon dan orang yang menyambut saya hari itu. Perusahaan ini tidak merekrut seorang ahli AR dan VR, karena para ahli seperti itu jarang ditemui di Bandung yang menjadi tempat mereka saat ini. "Kami hanya memasang lowongan online, lalu melihat portofolio pelamar," jelas Stella. "Kami adalah tim, dan kami belajar bersama." Kesuksesan terbesar Octagon di bidang AR hingga saat ini adalah sebuah set flash card alfabet bertemakan hewan. Tiap huruf alfabet dikaitkan dengan seekor hewan. Ketika kamu mengarahkan kamera ke kartu itu, seekor hewan akan muncul dalam bentuk 3D. ![]() Octagon 4D+ adalah produk terbaik Octagon saat ini. Kartunya bisa dipesan secara online, sedangkan aplikasinya gratis dan tersedia di iOS dan Android. Bagi saya itu adalah pengalaman yang keren. Kamu bisa mengambil foto selfie dengan hewan tersebut, atau memutar kartunya untuk melihat seluruh bagian badan hewannya. Idenya memang bukan yang pertama dan sudah banyak dilakukan oleh perusahaan VR lain. Tapi Octagon ingin membuat produk dan perusahaannya beda dengan karya yang sangat detail dan memperkenalkannya secara lebih interaktif dibanding para pesaingnya. "Kami juga membuat kartu makanan yang bisa diletakkan di depan hewan untuk membuat mereka bereaksi," jelas Stella. Saya mencoba meletakkan kartu berisi seikat rumput di atas meja di antara kartu sapi dan kuda. Keduanya kemudian berlari kecil untuk mengambil makanan tersebut. Stella mengklaim bahwa mereka sejauh ini sudah menjual sekitar 50.000 kartu hewan, dan sekarang ini mereka sedang mengerjakan set kartu yang baru. Satu set akan dibuat berdasarkan karakter kartun, sedangkan set yang lain akan menjelajahi sistem tata surya dan objek luar angkasa, dan yang terakhir bertemakan dinosaurus. ![]() Emanuel Rendi, perancang 3D Octagon. Gambar digitalnyalah yang diubah menjadi model 3D. Augmented 3DBegini cara kerja tim Octagon: pertama, mereka memfinalisasi konsep. Kemudian, ilustrator mereka akan membuat ilustrasi yang mendetail. Ilustrasi ini akan diubah menjadi model 3D oleh perancang 3D mereka. Prosesnya mirip dengan melukis di sebuah aplikasi edit gambar, hanya saja software yang digunakan bisa membuat gambar digital menjadi sebuah mode 3D yang mendetail. Model ini kemudian diserahkan kepada animator yang memasukkan gerakan dan juga suara ke model tersebut. Kemudian, semuanya akan disatukan ke aplikasi AR. Semua proses dan elemen tersebut, termasuk desain paket dan copywriting-nya, ditangani secara in-house. Tim perancang 3D-nya perlu waktu dua minggu untuk menyelesaikan model 3D. Selagi sebagian besar timnya mengerjakan set kartu AR yang baru, developer aplikasinya belajar memasukkan objek 3D, bukan gambar 2D. ![]() Angie Teresia, salah satu developer Android Octagon, mencoba aplikasi yang memindai objek 3D melalui kamera smartphone. Setelah mereka tahu caranya, Octagon ingin masuk ke dunia baru di penerapan AR praktikal. "Kami belajar bagaimana cara menerapkan AR agar pekerja pabrik bisa menggunakannya untuk mendapat bantuan ketika mereka ingin memperbaiki sebuah mesin," kata Stella. Tugas ini memerlukan teknik lain yang harus dikuasai oleh Octagon: bagaimana caranya meng-share objek yang augmented secara real-time? "Kami ingin para teknisi bisa menghubungi seorang ahli untuk memperlihatkan sebuah model augmented. Mereka kemudian bisa zoom in ke bagian mesin yang rusak, dan si ahli tersebut bisa memberitahu bagaimana cara menangani kerusakan tersebut," jelas Stella. Tidak berhenti sampai ke San DiegoOctagon punya klien komersial untuk produk AR mereka, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Aplikasi yang paling membuat saya kagum adalah aplikasi untuk developer properti Indonesia. Produknya berupa brosur pemasaran yang menampilkan denah berbagai apartemen dan rumah keluarga yang dilengkapi dengan aplikasi pendampingnya. Ketika kamu mengarahkan kamera handphone atau tablet ke gambar di brosur, sebuah model 3D apartemen akan muncul. Kamu bisa zoom in untuk melihat detail interiornya, berpindah lantai, atau memutar ke sudut yang berbeda. ![]() Ketika memindai brosur, model 3D dari properti yang dipindai bisa dilihat dari berbagai sudut dan kedekatan. Octagon juga ingin mencoba pasar internasional. Tim ini sudah pernah ikut dua kali dalam Augmented World Expo yang diadakan di Silicon Valley, dan sekali dalam Wearable Tech Expo. Tiap kali ikut di acara tersebut, mereka selalu mendapat nominasi penghargaan, tapi belum pernah memenangkannya. Tapi keikutsertaan mereka tentu membuat mereka sejajar dengan nama besar di industri AR seperti Atheer, Daqri, dan APX. "Kami ingin tahu, di mana posisi kami di industri ini. Apakah kami sudah cukup maju, masih tertinggal, atau biasa-biasa saja? Pada akhirnya kami menyimpulkan bahwa kami terbilang lumayan." Di tahun 2016 nanti, Octagon mengincar Comic Con di San Diego. "Jika kami ke sana, kami tentu harus memperlihatkan sesuatu yang sangat, sangat keren," kata Stella. "Jika tidak, orang akan heran dan bertanya 'siapa kamu'?" (Diterjemahkan oleh Yasser Paragian dan diedit oleh Lina Noviandari) The post Mengintip Kantor Octagon Studio, Startup Augmented Reality asal Bandung appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Gandeng MNC Shop, Advan Luncurkan Vandroid S6 Seharga Rp1 Jutaan Posted: 31 Aug 2015 02:50 AM PDT Vendor smartphone lokal asal Indonesia Advan, hari ini (31/8) mengumumkan kerja samanya dengan e-commerce milik MNC Group, MNC Shop. Dalam kerja sama ini, MNC Shop ditunjuk sebagai mitra penjualan untuk produk teranyar Advan, Vandroid S6. Tjandra Lianto, Marketing Director Advan mengatakan bahwa jalur penjualan online ini ditujukan untuk melengkapi lini penjualan tradisional mereka yang telah ada. Ia menambahkan:
Advan S6 sendiri merupakan smartphone berlayar 6 inci dengan resolusi 1280×720 piksel berteknologi IPS. Perangkat ini dibekali prosesor quad-core MT6582 1,3 MHz dari MediaTek yang berjalan dengan OS Android 4.4 KitKat. Tjandra menambahkan bahwa seri ini dapat di-upgrade untuk Lollipop.
Advan S6 memiliki kapasitas RAM 1 GB dengan memori internal 8 GB dan slot microSD hingga 32 GB. Dari sisi kamera, perangkat ini mengusung kamera belakang 13 MP dan kamera depan 3 MP. Fitur yang ditawarkan kamera depan seri ini adalah shutter otomatis dengan Smile Detection. Perangkat yang dilepas ke pasaran dengan harga Rp1,5 juta ini juga dilengkapi dengan baterai berkapasitas 2.300 mAh. Targetkan penjualan mencapai 10.000 unitDi kesempatan yang sama, Chief Commercial MNC Shop Jimmy Djunaidi, mengatakan bahwa telah terdapat lebih dari 2,7 juta pelanggan televisi berbayar Indovision di seluruh negeri. Ini artinya, angka tersebut dapat menjadi konsumen potensial MNC Shop yang memiliki jadwal tayang 24 jam. Sedangkan waktu tersibuk dari MNC Shop berada di pukul 08.00 pagi hingga 18.00 WIB. MNC Shop sendiri diklaim menerima ribuan panggilan per hari untuk pemesanan secara langsung. Ia juga menambahkan pemesanan melalui panggilan telepon masih lebih mendominasi ketimbang melalui internet. Dengan paparan angka tersebut, Tjandra optimis seri Advan Vandroid S6 dapat terjual hingga 10.000 unit dalam kurun waktu tiga bulan. "Bila mendapatkan hasil yang diinginkan, seri lainnya juga akan dipasarkan secara online." Penjualan secara online bukan langkah baru yang dilakukan para vendor untuk menyasar konsumen yang lebih luas. Vendor lokal seperti Evercoss, Himax, dan Mito sudah merambah e-commerce untuk menjual produknya. Bagaimanapun, vendor lokal masih harus bersaing dengan vendor global yang juga menawarkan smartphone murah di jalur online. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Gandeng MNC Shop, Advan Luncurkan Vandroid S6 Seharga Rp1 Jutaan appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Impresi Smartphone Treq S1, Alternatif di Harga Rp1 Juta Posted: 30 Aug 2015 11:32 PM PDT Harga memang tidak dipungkiri menjadi salah satu pertimbangan utama dalam membeli smartphone. Tentu kamu semua banyak yang berharap bisa mendapatkan smartphone terjangkau dengan fitur yang melimpah. Tech in Asia sendiri pernah membuat kumpulan smartphone Android terbaik dengan harga kurang dari Rp1 juta. Kali ini, saya berkesempatan melakukan pengujian satu lagi smartphone dengan banderol harga di bawah Rp1 juta, Treq S1. Akankah produk ini menambah nama-nama dari daftar yang saya sebutkan sebelumnya? Tapi sebelum melakukan pengujian mendalam, saya akan menghadirkan video unboxing dan impresi awal dari produk ini. Amunisi lokalMungkin kamu bertanya-tanya dari mana produk ini berasal. Apakah dari Cina seperti kebanyakan merek yang membanjiri pusat perbelanjaan elektronik di Jakarta? Jawabannya adalah tidak. Bagi kamu yang cukup peka dengan perkembangan produk teknologi buatan negeri sendiri, pasti setidaknya pernah mendengar merek ini. Berawal dari produsen peripheral PC seperti keyboard, mouse, casing, dan monitor; vendor lokal ini mulai melebarkan sayap ke pasar smartphone dan tablet sejak tahun 2012 lalu. Bila melihat di situs resminya, cukup jelas terlihat bila mereka membidik pengguna gadget dengan harga terjangkau. Kesan pertamaBicara mengenai desain kemasan, apa yang diusung Treq S1 memang tidak bisa dibilang istimewa. Di bagian muka, selain foto smartphone-nya terdapat juga berbagai atribut promo yang bisa kamu dapatkan bila membeli produk ini. Selain itu Treq, juga menambahkan keterangan lain yang cukup "menjual" seperti OS Android KitKat dan panel layar berteknologi IPS. Kelengkapan penjualannya sendiri cukup banyak untuk sebuah smartphone low-end buatan lokal. Selain charger dan kabel data, Treq juga menyediakan headset, tentu hal ini akan jarang kamu temui pada smartphone keluaran baru dari vendor terkenal seperti Samsung, Asus, atau Lenovo. Di kemasan luar memang tertera tulisan "Free Flip Cover", yang artinya untuk setiap pembelian smartphone ini kamu akan mendapatkan casing. Meski kelihatannya sepele, hal ini sebenarnya cukup penting, karena dari pengalaman saya, rata-rata toko hanya menjual aksesori dari vendor-vendor terkenal, dan itupun terkadang kebanyakan untuk seri tertentu saja. Persaingan di kelas Rp1 juta
Saya akan membuat review yang lebih komprehensif dari perangkat ini dalam waktu dekat. Namun untuk desainnya, saya harus mengatakan apa yang diusung Treq S1 terlalu kotak dan sedikit kaku. Cover belakangnya tidak berbahan glossy, sedikit mengingatkan saya pada Samsung Galaxy S5. ![]() Cover belakang Treq S1 Bila melihat dari spesifikasi yang ditawarkan, sepertinya saya agak pesimis smartphone ini bisa bersaing dengan merek-merek lain yang ditawarkan di rentang harga Rp1 juta. Dengan resolusi layar 480×854 tentu akan kurang nyaman di layar 5 inci. Untuk kamera, seperti halnya smartphone lain di kisaran harga ini, tidak banyak yang bisa ditawarkan. Kekuatan 8 MP (kamera belakang) dan 2 MP (kamera depan) rasanya sekadar cukup bila kamu kerap posting di media sosial. Hal yang paling menjadi tanda tanya dari Treq S1 adalah masih digunakannya RAM 512 MB. Bila kamu kerap membuka banyak aplikasi di waktu bersamaan, besar kemungkinan akan menemui kinerja yang kurang mulus. Satu lagi yang mungkin harus diperhatikan adalah sistem operasi Android KitKat yang mudah-mudahan saja akan mendapat pembaruan dari pihak Treq dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi, apakah smartphone ini layak dibeli bila kamu memiliki budget Rp1 jutaan? Nantikan review lengkap saya untuk menemukan jawaban berikut alasannya. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Impresi Smartphone Treq S1, Alternatif di Harga Rp1 Juta appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
“Cerai” dengan Andromax, Smartfren Buka Kerja Sama bagi Vendor Smartphone Lain Posted: 28 Aug 2015 02:55 AM PDT Rumor "perpisahan" antara Smartfren dan Andromax sudah berembus sejak penyedia jaringan yang berada di bawah Sinar Mas Group tersebut berencana menggenjot jaringan 4G LTE-A di Indonesia. Seperti yang dilansir dari Liputan6, perusahaan tersebut bahkan telah lama mempertimbangkan hal ini. Nama Andromax memang telah cukup lama menjadi magnet bagi konsumen kelas bawah dalam negeri. Berdasarkan sumber yang sama, Director of Brand & Marketing Smartfren, Roberto Saputra, mengatakan bahwa Smartfren juga ingin menyasar level kelas lainnya yang memiliki porsi lebih besar, sehingga Andromax akan dikhususkan menjadi perangkat kelas bawah saja. Roberto juga menambahkan bahwa terdapat kemungkinan untuk menjadikan Andromax sebagai sebuah perusahaan yang berdiri sendiri. Bagaimanapun, wacana tersebut baru dalam tahap diskusi saja dan belum dipastikan. “Diskusi tersebut sudah ada, tapi masih mengulas sisi positif dan negatifnya,” ujarnya saat itu. Roberto membayangkan nantinya Andromax akan menjadi handset yang bisa dipakai oleh operator lain. Sedangkan Smartfren tidak lagi eksklusif di Andromax, melainkan bisa bundling dengan berbagai produsen smartphone. Membuka diri dengan vendor lainnyaDemi usahanya menarik pasar yang lebih luas tersebut, kini Smartfren sudah mulai mempromosikan jajaran perangkat untuk kelas menengah dengan vendor lainnya. Terbukti dengan perangkat yang telah disiapkan dengan vendor HiSense. Kompas menyebutkan bahwa Smartfren telah membuat prototipe HiSense PureShot yang siap beredar September mendatang dengan kelas harga di atas Rp2 juta. HiSense sendiri bukan vendor baru. Mereka adalah produsen ponsel asal Cina yang selama ini bekerja sama dengan Smartfren untuk membuat smartphone Andromax. Alasan lain bekerja sama dengan vendor lainnya adalah untuk mendapatkan perangkat dengan kemampuan maksimal di jaringan yang baru saja diaktivasi Smartfren. Roberto menjelaskan bahwa rata-rata perangkat yang ada di pasaran saat ini belum mendukung jaringan 2.300 MHz dan 850 MHz. Bila hanya menggunakan salah satunya saja, maka kinerja jaringan yang dirasakan pelanggan Smartfren tidak maksimal. Misalnya, jika hanya mendukung 2.300 MHz, bisa mendapatkan kecepatan internet tinggi tapi akan putus-putus karena coverage-nya cenderung sempit. Menurut Tabloid Pulsa, HiSense Pure Shot dikabarkan dapat memuat teknologi CDMA, GSM, dan 4G LTE. Spesifikasi lainnya adalah ponsel ini ditenagai prosesor octa-core dan memiliki teknologi VoLTE. HiSense akan menjadi ponsel pertama yang dirilis Smartfren tanpa brand Andromax. Smartphone ini akan hadir dalam dua tipe, yakni seharga Rp2,6 juta untuk ukuran 5 inci dan Rp3,2 juta untuk 5,5 inci. Jika melihat langkah yang diambilnya, Smartfren nampak antusias merambah jaringan 4G LTE-A hingga merilis perangkat yang mendukung jaringan tersebut. Hal ini juga dilakukan oleh Bolt yang menggandeng Samsung untuk bundling smartphone Galaxy J5 demi mendongkrak pengguna baru hingga akhir 2015. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post "Cerai" dengan Andromax, Smartfren Buka Kerja Sama bagi Vendor Smartphone Lain appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Dibanderol Rp10 juta, Samsung Luncurkan Galaxy Note 5 untuk Kelas Premium Posted: 27 Aug 2015 05:41 AM PDT Setelah diperkenalkan pada gelaran tahunan Samsung Unpacked 2015 di New York, Galaxy Note 5 resmi diluncurkan ke Indonesia hari ini (27/8). Dengan menyasar kelas premium, seri ini dilepas dengan harga Rp10 juta. Generasi kelima dari Galaxy Note ini memiliki desain dengan layar AMOLED QHD 5,7 inci beresolusi 1.440×2.560 piksel. Bentuk panel belakangnya dibuat melengkung agar lebih nyaman digenggam. Namun sayangnya, material bodi dari metal cenderung lebih licin digenggam dan membuat layar perangkat ini cepat kotor dengan jejak jemari pengguna.
Spesifikasi lain pada seri premium ini adalah prosesor Exynos 7420 buatan Samsung dengan rincian octa-core (delapan inti prosesor berkemampuan quad-core) 2,1 GHz dan 1,5 GHz quad-core 64-bit. Prosesor ini didukung oleh RAM 4 GB, memori internal 32 GB, dan kapasitas baterai 3.000 mAh. Dari segi kamera, perangkat ini telah dilengkapi dengan fitur Optical Image Stabilization (OIS) dengan kamera belakang 16 MP dan kamera depan 5 MP. Stylus S Pen yang menjadi ciri khas setiap seri Note juga diklaim lebih responsif dan intuitif. Samsung Galaxy Note 5 sudah memasuki masa pre-order mulai hari ini sampai dengan 6 September 2015. Pihak Samsung Indonesia pun akan mengadakan masa trade-in untuk para pengguna Galaxy Note seri terdahulu mulai tanggal 11 hingga 13 September 2015 mendatang. Penjualan seri ini akan dilakukan melalui e-commerce, seperti DinoMarket yang menjadi mitra resmi dari Samsung Galaxy Note 5. Juga akan memasarkan Galaxy S6 Edge PlusPada acara Samsung Unpacked, selain Note 5, Samsung juga memperkenalkan Galaxy S6 Edge Plus untuk menandingi seri iPhone 6 Plus. Andre Rompis selaku Vice President Samsung IT & Mobile Business menjelaskan bahwa smartphone tersebut akan hadir di Tanah Air dalam waktu dekat. “Untuk Samsung Galaxy S6 Edge Plus, akan hadir secara ekslusif di Lazada pada bulan depan. Untuk pre-order sudah dimulai dari hari ini sampai 26 September 2015 dengan harga Rp12,5 juta,” tambahnya. Sebagai tambahan, Samsung masih berada di urutan kedua vendor dengan penjualan terbanyak di Q2 2015, berdasarkan data dari lembaga riset Gartner. Samsung menguasai 21,9 persen pangsa pasar pada kuartal tersebut, meski turun dari angka 26,2 persen pada periode yang sama tahun lalu. Gartner juga melaporkan Apple berada di peringkat kedua dengan raihan 14,6 persen atau tumbuh dari 12,2 persen pada tahun sebelumnya. Hingga kuartal ketiga 2015, smartphone premium yang telah beredar di Indonesia di tahun ini adalah LG G4 dengan harga Rp8,5 juta, Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge di kisaran harga Rp9 jutaan, dan Sony Xperia Z3 Plus dengan harga Rp9,5 juta. Pertanyaan utama adalah, apakah kelas premium masih memiliki pasar yang mainstream di Indonesia? Mengingat jumlah perangkat smartphone yang menyasar kelas menengah hingga bawah telah menjamur dan memiliki spesifikasi yang tidak bisa dibilang “murahan”. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Dibanderol Rp10 juta, Samsung Luncurkan Galaxy Note 5 untuk Kelas Premium appeared first on Tech in Asia Indonesia. | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Dua Tablet 7 Inci Asus ZenPad dengan Harga Rp1 Jutaan Meluncur di Indonesia Posted: 27 Aug 2015 03:16 AM PDT Meskipun pertumbuhan perangkat tablet tidak sepesat smartphone, vendor asal Taiwan, Asus tetap percaya diri menggenjot produksi seri tablet berlayar 7 inci. Melalui dua seri produk terbarunya, Asus hari ini (27/8) memperkenalkan tablet ZenPad 7.0 dan ZenPad C 7.0 untuk pasar Indonesia. Kedua perangkat tersebut menyasar kelas menengah bawah dengan kisaran harga Rp2 jutaan. Asus ZenPad 7.0 sendiri dilepas ke pasaran dengan harga Rp2,2 juta. Sedangkan Asus ZenPad C 7.0 dibanderol dengan harga Rp1,8 juta. Keduanya akan tersedia secara offline di beberapa ritel dan online melalui Asus Store. Gandeng Intel untuk prosesorSpesifikasi yang ditawarkan untuk dua seri tablet terbaru tersebut tidak jauh berbeda. Perbedaan utama terletak pada kapasitas RAM dan memori internal, ZenPad 7.0 memiliki RAM 2 GB dan memori internal 16 GB, sedangkan ZenPad C 7.0 hanya memiliki RAM 1 GB dan memori internal 8 GB. Keduanya sama-sama dibekali prosesor quad-core 64-bit Intel Atom X3-C3230RK 1 GHz dan OS Android 5.0 Lollipop. Kedua seri ini juga masing-masing memiliki empat varian warna, yakni hitam, merah, putih, dan silver. "Kerjasama dengan Intel merupakan hasil dari permintaan konsumen untuk menyediakan perangkat berkemampuan mumpuni namun dengan harga terjangkau," ucap Ajay Marthur, MNC Sales Director Intel Southeast Asia.
Asus ZenPad 7.0 memiliki layar IPS 7 inci 1280×800 piksel dengan kapasitas baterai 3.450 mAh. Perangkat tersebut dilengkapi dengan kamera depan 2 MP dan kamera belakang 5 MP. Sedangkan seri Asus ZenPad C 7.0 memiliki layar IPS 7 inci 1280×600 piksel dengan kapasitas baterai 3.450 mAh. Kamera Asus ZenPad C 7.0 memiliki kualitas lebih rendah, yakni 0,3 MP untuk kamera depan dan 2 MP untuk kamera belakang. Sebagai informasi tambahan, Asus mengganti nama seri tablet FonePad dengan ZenPad. "Seri Zen sudah identik dengan Asus, sehingga kini lini tablet diganti dengan nama ZenPad," ujar Country Product Group Leader Asus Indonesia, Juliana Cen. Seri tablet dengan prosesor dari Intel juga telah dilakukan oleh Advan melalui seri Vandroid X7 yang juga berada di kisaran harga Rp1 jutaan. Meskipun tergolong tidak terlalu mendominasi pasaran, perangkat tablet tetap memiliki peminat. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Dua Tablet 7 Inci Asus ZenPad dengan Harga Rp1 Jutaan Meluncur di Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia » Gadget To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar