InfoKomputer Online | Enterprise, Bisnis, Teknologi, Solusi |


"Ketika aku pertama kali mengerjakan Snapchat pada tahun 2011, itu hanyalah sebuah mainan. Namun, mengutip Eames: 'Mainan tidaklah sepolos kelihatannya. Mainan dan games menjadi pembuka dari ide-ide yang serius',” kata Evan Spiegel.
Banyak yang mengaitkan kesuksesan Evan Spiegel dengan latar belakang keluarganya yang mapan. Padahal, kesuksesan itu muncul karena Spiegel kecil bertekad tidak ingin seperti ayahnya.
Lahir pada 4 Juni 1990, Evan Spiegel tumbuh di kawasan mewah Pacific Palisades di California. Ayah dan ibunya merupakan pengacara yang sukses. Ibu Spiegel, Melissa Ann Thomas, merupakan wanita termuda yang pernah lulus dari Harvard Law School. Ayah Spiegel, John W. Spiegel merupakan partner di kantor pengacara Munger, Tolles & Olson.
Spiegel menuntut ilmu di Crossroads School for Arts and Sciences di Santa Monica. Ketika duduk di bangku SMU, ia juga belajar web design dan mengambil kelas dari Otis College of Arts and Design. Ia melanjutkan jenjang pendidikan tingginya ke Stanford University untuk belajar desain produk.
"Saya lelaki kulit putih dan berpendidikan tinggi. Saya benar-benar beruntung. Dan hidup tidaklah adil," kata Spiegel tentang kehidupannya, seperti dilansir dari Business Insider. Jalan hidup Spiegel memang nyaris sempurna. Ia tidak pernah merasa kekurangan. Meski begitu, ia tetap berani mengambil jalur sulit wiraswasta dengan membuat Snapchat.
Melesat Karena Snapchat
Evan Thomas Spiegel merintis Snapchat ketika masih duduk di bangku kuliah di Stanford University. Ia membangunnya bersama dua rekannya, Reggie Brown dan Robert Murphy. Namun pada tahun 2011, Spiegel memutuskan untuk meninggalkan kampus dan mengikuti keyakinannya membesarkan Snapchat.
Kesibukan sang ayah adalah inspirasi utama Spiegel untuk mengambil jalannya sendiri. "Ayah saya sering membatalkan liburan karena mendapatkan telepon dari tempat kerjanya. Saya sering berpikir bahwa ketika saya besar nanti, saya ingin menjadi seperti orang yang menelepon ayah saya," ujar Spiegel.
Setelah tiga tahun berlalu, Snapchat tumbuh besar dan mengantarkan Spiegel ke jajaran orang-orang terkaya sekaligus paling berpengaruh di dunia. Pada April 2014, majalah Time menempatkan nama Spiegel dalam jajaran "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia". Tak hanya itu, Forbes pada tahun 2015 menempatkan Spiegel dalam jajaran orang terkaya di dunia di usianya yang baru 24 tahun.
Mengapa Snapchat sedemikian menarik?
Snapchat merupakan aplikasi di smartphone yang memungkinkan pengguna mengirim foto ke temannya berdasarkan waktu. Ketika waktu habis, gambar akan menghilang selamanya. Itulah yang membuat para pengguna senang karena foto pribadi itu tidak selamanya tersimpan di internet.
Saat ini pengguna aktif Snapchat per bulan mencapai 100 juta dan mengirimkan 400 juta Snaps setiap hari. Angka itu setara dengan jumlah total unggahan harian di Facebook dan Instagram.
"Akan lebih baik untuk setiap orang jika kita menghapus segala sesuatunya secara otomatis dan hanya menyimpan hal-hal yang penting bagi kita," katanya.
Kesuksesan Snapchat membuat banyak orang terperangah. Bahkan Mark Zuckerberg pernah berniat membeli Snapchat dengan nilai US$3 miliar. Namun Spiegel menolaknya.
"Jalan yang harus Anda ambil adalah yang Anda yakini dan ingin lakukan. Kami membangun sebuah tim di sekitar ide itu. Jadi, ketika Anda membangun sebuah tim yang dahsyat dan yakin membangun sesuatu yang sangat berharga, Anda tinggal melanjutkannya," kata Spiegel.
Kelanjutan inovasi itu bisa dilihat melalui feature Discover di dalam Snapchat yang diperkenalkan pada Februari lalu. Di dalam Discover, pengguna bisa melihat video dari penyedia content ternama seperti CNN, ESPN, Daily Show, sampai Yahoo! News. Semua kanal itu diperlakukan setara, tidak seperti media sosial lain yang mengandalkan algoritma untuk merekomendasikan video yang ingin kita tonton. Dan mewarisi sifat ketidakpermanenan Snapchat, video hari ini hanya akan bertahan selama 24 jam dan diganti video baru di keesokan harinya.
Feature Discover Snapchat mendapatkan sambutan hangat, dengan jutaan pengguna menonton tiap kanal setiap harinya.
Tegar Hadapi Masalah
Meski terlihat mulus, perjalanan Spiegel bukan tanpa masalah. Ia pernah mendapatkan gugatan dari Reggie Brown yang mengklaim kepemilikannya atas aplikasi Snapchat. Nama Spiegel juga sempat terseret di insiden hacking Sony. Korespondensinya dengan CEO Sony Pictures, Michael Lynton, yang juga menjadi direksi di Snapchat, terkuak ke publik.
Namun masalah terbesar tentunya adalah insiden bocornya 98 ribu file pengguna Snapchat. Peristiwa itu sebenarnya terjadi karena pengguna menggunakan aplikasi pihak ketiga (snapsaved.com) untuk menyimpan foto dan video yang dikirim ke mereka. Jadi yang bocor adalah file di snapsaved.com, bukan di server Snapchat. Namun peristiwa itu tetap saja mencoreng citra Snapchat sebagai media sosial yang melindungi privacy.
Seluruh insiden itu menunjukkan jalan Spiegel menuju kesuksesan masih panjang. Tantangan demi tantangan masih harus ia hadapi. Namun pencapaian Spiegel di usianya yang masih sangat muda bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muda di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar